Thursday, May 29, 2008

KOBIZ

PEMBELAJARAN ADAPTIF
C. Anak Tunagrahita dan kebutuhan pembelajarannya
Tunagrahita
Ketunagrahitaan mengacu pada fungsi intelektual umum yang secara signifikan berada di bawah rata-rata normal. Bersamaan dengan itu pula, tunagrahita mengalami kekurangan dalam tingkah laku dan penyesuaian. Semua itu berlangsung atau terjadi pada masa perkembangannya. Dengan demikian, seorang dikatakan tunagrahita apabila memiliki tiga faktor, yaitu: (1) keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum atau di bawah rata-rata, (2) ketidakmampuan dalam perilaku adaptif, dan (3) terjadi selama perkembangan sampai usia 18 tahun.
Keterbelakangan mental yang biasa dikenal dengan anak tunagrahita biasanya dihubungkan dengan tingkat kecerdasan seseorang. Tingkat kecerdasan secara umum biasanya diukur melalui tes Inteligensi yang hasilnya disebut dengan IQ (intelligence quotient).
1. Tuna grahita ringan biasanya memiliki IQ 70 –55
2. Tunagrahita sedang biasanya memiliki IQ 55 – 40
3. Tunagrahita berat biasanya memiliki IQ 40 – 25
4. Tunagrahita berat sekali biasanya memiliki IQ <25
Para ahli indonesia menggunakan klasifikasi:
 Tunagrahita ringan IQnya 50 – 70
 Tunagrahita Sedang IQnya 30 – 50
 Tunagrahita berat dan sangat berat IQnya kurang dari 30

Untuk menjelaskan tentang klasifikasi atau pengelompokan anak tunagrahita diatas menurut IQ nya sehingga dapat mengarahkan guru dalam memberikan layanan PLB bagi anak tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Bila ada 5(lima) orang anak semua umurnya sama yaitu berumur 10 tahun (Cronological Age= CA 10 th). Si A memiliki IQ 100, Si B memiliki IQ 70 – 55, si C memiliki IQ 55 – 40, Si D memiliki IQ 40 – 25, dan Si E memiliki IQ 25 kebawah. Agar dapat dibuat bahan patokan dalam merancang pembelajaran adaptif bagi anak tunagrahita tersebut maka kita menterjemahkan IQ yang dimiliki kedalam Umur kecerdasan (Mental Age = MA) anak tersebut.



Nama
Umur (CA)
IQ
Umur kecerdasan (MA)
Kemampuan mempelajari dan melakukan tugas
Si A
10 th
100
10 th
Ia tidak kesulitan mempelajari dan melakukan tugas tugas se umurnya karena CA-nya sama dengan MA-nya
Si B
10 th
70 - 55
7 - 5,5 th
Ia dapat mempelajari materi pembelajaran/tugas anak usis 5,5 sampai 7 tahun
Si C
10 th
55 - 40
5,5 - 4 th
Ia dapat mempelajari materi pembelajaran/tugas anak usis 4 tahun sampai 5,5 tahun
Si D
10 th
40 - 25
4 - 2,5 th
Ia dapat mempelajari materi pembelajaran/tugas anak usis 4 tahun sampai 2,5 tahun
Si E
10 th
25 ke bawah
2,5 th ke bawah
Ia dapat mempelajari materi pembelajaran/tugas anak usis 2,5 tahun kebawah
Kebutuhan Pembelajaran Anak tunagrahita:
1.Dalam belajar keterampilan membaca, keterampilan motorik, keterampilan lainnya adalah sama seperti anak normal pada umumnya.
2.Perbedaan Tunagrahita dalam mempelajari keterampilan terletak pada karakteristik belajarnya.
3.Perbedaan Karakteristik belajar anak tunagrahita terdapat pada tiga daerah yaitu:
a. Tingkat kemahirannya dalam keterampilan tersebut.
b. Generalisasi dan tranfer keterampilan yang baru diperoleh.
c. Perhatiannya terhadap tugas yang di embannya.













MODIFIKASI DAN PENDEKATAN
DALAM PEMBELAJARAN ABK
A. Modifikasi Pembelajaran ABK
Dalam merancang pembelajaran atau Pendidikan Luar Biasa maka kita harus menemukan dan memenuhi kebutuhan yang unik pada setiap jenis kelainan yang ada pada siswa. Karena itu Pendidikan Luar Biasa harus bisa melakukan modifikasi sehingga kebutuhan pendidikan siswa terpenuhi, keterampilan yang diberikan secara penuh dapat berfungsi dan dikuasai serta seluruh angota dari kegiatan dapat secara penuh berpartisisapi.
Modifikasi secara umum bisa dilakukan pada:
1. Kurikulumnya (total atau sebagian)
2. Strategi belajarnya ( diganti atau disesuaikan)
3. Materi dan alatnya (medianya)
4. Pengaturan kelasnya (tehnik mengajarnya)
5. Lingkungan (arsitekturnya dan sarana fisiknya)
Secara mendasar yang perlu dirancang dalam pembelajaran adaptif yang dapat memenuhi kebutuhan pendidikan ABK dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : Kelas, program, dan layanannya. Untuk itu maka dalam pembelajaran bagi Anak Berkebutuhan Khusus bisa dilakukan pada:
1. Kelas atau lokasi pengajaran ABK berlangsung.
a.Kelas dan lokasi pengajaran harus dirancang sedemikian rupa sehingga ABK dapat dengan leluasa menggunakan kelas itu.
b.Modifikasi kelas harus mendukung keberhasilan proses belajar mengajar.
c.Modifikasi kelas harus memenuhi faktor keselamatan.
d.Modifikasi kelas harus memenuhi kebutuhan pendidikan setiap ABK, sehingga ia efisien menggunakan saluran informasinya yang masih tersisa.
2. Program pengajarannya dan layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik serta tingkat kemampuan setiap ABK.
Didalam merancang program dan bagi pembelajaran ABK maka komponen yang harus dilakukan dan ada:
Educational Assessment (Asesmen Pendidikan)
Langkah awal dalam menyusun program untuk pembelajaran adaptif didahului dengan melakukan penilaian(assessmet). Dalam asesmen kita harus menemukan tiga hal:
1.Apa yang ia miliki dalam satu hal
2.Apa yang ia belum miliki dalam satu hal.
3.Apa yang dibutuhkan ABK tentang tentang satu hal.
Dengan ditemukannya jawaban ketiga pertanyaan asessment di atas, maka asesmen dapat berfungsi:
a.Menjelaskan tingkat kemampuan siswa dalam satu hal.
b.Menjelaskan tentang keuntungan dan kerugian dari program yang diberikan kepada ABK.
c.Menjelaskan tingkat kemajuan siswa.
Adapun cara guru melakukan asesmen dapat secara “formal” yaitu dengan menggunakan tes standart yang telah baku, maupun dengan cara “informal” yaitu dengan mengobservasi dalam kegiatan sehari-hari anak atau dengan tes non standart yang dibuat oleh guru dan sebagainya.
3. Rencana Program yang individual.
Apapun program yang dirancang untuk ABK maka harus program yang diindividualisasi sesuai dengan karakteristik dan kebutuhannya.
4. Guru
Guru PLB yang dapat memberikan pelayanan Pendidikan Luar Biasa pada siswa Anak Berkebutuhan Khusus bisa guru biasa dengan berkonsultasi pada guru khusus atau Guru pembimbing khusus yang memang telah dipersiapkan dengan kompetensinya.Guru PLB untuk ABK ada beberapa macam tergantung peran dan kebutuhan layanan yaitu:
a. Guru Biasa
b. Guru konsultan
c. Guru kunjung
d. Guru Pembimbing khusus
e. Guru kelas Khusus.
5. Peran orang tuanya.
Dalam menyusun dan merancang program bagi ABK, orang tua harus dilibatkan dan memiliki peran khusus. Hal ini harus menjadi suatu paket dari penyusun rancangan tersebut.
6. Team ahli yang lain yang dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan program pembelajaran bagi ABK. Dalam pembelajaran ABK harus mengunakan pendekatan team.
7. Layanan dalam pembelajaran ABK perlu dirancang yang sesuai dengan kebutuhan, karakteristik, tingkat kelainan dan kemampuan ABK. Rancangan ini termasuk didalamnya:
a.Apa Layanan atau jenis layanan yang dibutuhkan.
b.Dimana layanan diberikan, lokasi layanan baik sekolahnya, kelasnya dan sebagainya.
c.Kapan dan berapa lama harus diberikan layanan diberikan.
d.Bagaimana harus diberikan dan oleh siapa layanan tersebut harus diberikan. Setiap jenis kelainan atau setiap anak belum tentu sama layanan yang dibutuhkan, baik itu jenis layanan, tempat layanan, waktunya, cara dan tenaga pelayanannya.

B. Pendekatan dalam pengajaran ABK
1.Pengajaran klasikal diberikan kepada ABK yang memiliki tingkat akademis sama dalam satu kelas, sehingga kegiatan dan materinya bisa sama dalam satu kelas.
2.Pengajaran Individual adalah pengajaran yang diberikan kepada perorangan dari Anak Berkebutuhan Khusus, karena tingkat dan derajat kelainanya berbeda satu sama lainnya.
3.Individualisasi pengajaran adalah pendekatan dalam kelas tetapi setiap ABK memiliki program masing-masing sesuai dengan tingkat pencapaian dalam proses belajarnya.

C. Pembelajaran Adaptif dalam Pendidikan Jasmani bagi ABK
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang mengalami kelainan sedemikian rupa baik fisik, mental, sosial maupun kombinasi dari ketiga aspek tersebut, sehingga untuk mencapai potensi yang optimal ia memerlukan Pendidikan luar biasa(PLB).
PLB merupakan pendidikan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan ABK. Adapun yang dirancang dalam PLB adalah kelas, program dan layanannya. Sehingga PLB dapat diartikan juga sebagai Spesial kelas, program atau layanan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan Anak luar biasa.
ABK bisa memiliki masalah dalam sensorisnya, motoriknya, belajarnya, dan tingkahlakunya. Semua ini mengakibatkan terganggunya perkembangan fisik anak. Hal ini karena sebagian besar ABK mengalami hambatan dalam merespon rangsangan yang diberikan lingkungan untuk melakukan gerak, meniru gerak dan bahkan ada yang memang fisiknya terganggu sehingga ia tidak dapat melakukan gerakan yang terarah dengan benar.
Di satu sisi, Anak luar Biasa harus dapat mandiri, beradaptasi, dan bersaing dengan orang normal, di sisi lain ia tidak secara otomatis dapat melakukan aktivitas gerak. Secara tidak disadari akan berdampak kepada pengembangan dan peningkatan kemampuan fisik dan keterampilan geraknya. Pendidikan jasmani bagi ABK disamping untuk kesehatan juga harus mengandung pembetulan kelainan fisik.
Dengan uraian di atas maka jelas bahwa Pendidikan jasmani yang diadaptasi dan dimodifikas sesuai dengan kebutuhan, jenis kelainan dan tingkat kemampuan ABK merupakan salah satu factor yang sangat menentukan dalam keberhasilan Pendidikan bagi ABK. Keberhasilan ini akan terwujud baik pada PLB dalam bentuk kelas khusus, program khusus, maupun dalam bentuk layanan khusus di SD biasa maupun di tiap jenjang sekolah biasa lainnya.
Apa dan bagaimana pendidikan jasmani bagi ABK atau Pendidikan Jasmani adaptif secara sederhana akan diuraikan dibawah ini:
1. Pengertian pendidikan jasmani adaptif
Secara mendasar pendidikan jasmani adaptif adalah sama dengan pendidikan jasmani biasa. Pendidikan jasmani merupakan salah satu aspek dari seluruh proses pendidikan secara keseluruhan.
Pendidikan jasmani adaptif merupakan suatu sistem penyampaian layanan yang bersifat menyeluruh (comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui, menemukan dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor.
Hampir semua jenis ketunaan ABK memiliki problim dalam ranah psikomotor. Masalah psikomotor sebagai akibat dari keterbatasan kemampuan sensomotorik, keterbatasan dalam kemampuan belajar. Sebagian ABK bermasalah dalam interaksi sosial dan tingkah laku. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa peranan pendidikan jasmani bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) sangat besar dan akan mampu mengembangkan dan mengkoreksi kelainan dan keterbatasan tersebut.
2. Ciri dari program pengajaran penjas Adaptif
Sifat program pengajaran pendidikan jasmani adaptif memiliki ciri khusus yang menyebabkan nama pendidikan jasmani ditambah dengan kata adaptif. Adapun ciri tersebut adalah:
a.Program Pengajaran Penjas adaptif disesuiakan dengan jenis dan karakteristik kelainan siswa. Hal ini dimaksutkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang berkelainan berpartisipasi dengan aman, sukses, dan memperoleh kepuasan. Misalnya bagi siswa yang memakai korsi roda satu tim dengan yang normal dalam bermain basket, ia akan dapat berpartisipasi dengan sukses dalam kegiatan tersebut bila aturan yang dikenakan kepada siswa yang berkorsi roda dimodifikasi. Demikian dengan kegiatan yang lainnya. Oleh karena itu pendidikan Jasmani adaptif akan dapat membantu dan menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
b.Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat membantu dan mengkoreksi kelainan yang disandang oleh siswa. Kelainan pada Anak luar Biasa bisa terjadi pada kelainan fungsi postur, sikap tubuh dan pada mekanika tubuh. Untuk itu, program pengajaran pendidikan Jasmani adaptif harus dapat membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi yang memperburuk keadaanya.
c.Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan jasmani individu ABK. Untuk itu pendidikan Jasmani adaptif mengacu pada suatu program kesegaran jasmani yang progressif, selalu berkembang dan atau latihan otot-otot besar. Dengan demikian tingkat perkembangan ABK akan dapat mendekati tingkat kemampuan teman sebayanya.
Apabila program pendidikan jasmani adaptif dapat mewujudkan hal tersebut di atas. maka pendidikan jasmani adaptif dapat membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan siswa memiliki harga diri. Perasaan ini akan dapat membawa siswa berprilaku dan bersikap sebagai subjek bukan sebagai objek di lingkungannya.
3. Tujuan pendidikan jasmani adaptif.
Sebagaimana dijelaskan di atas betapa besar dan strategisnya peran pendidikan jasmani adaptif dalam mewujudkan tujuan pendidikan bagi ABK, maka Prof. Arma Abdoellah, M.Sc. dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Jasmani Adaptif” memerinci tujuan pendidikan Jasmani adaptif bagi ABK sebagai berikut:
a.Untuk menolong siswa mengkoreksi kondisi yang dapat diperbaiki.
b.Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk keadaannya melalui Penjas tertentu.
c.Untuk memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah macam olah raga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi.
d.Untuk menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
e.Untuk membantu siswa melakukan penyesuaian social dan mengembangkan perasaan memiliki harga diri.
f.Untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan appresiasi terhadap mekanika tubuh yang baik.
g.Untuk menolong siswa memahami dan menghargai macam olah raga yang dapat diminatinya sebagai penonton.
4. Modifikasi dalam pendidikan jasmani adaptif
Bila kita lihat masalah dari kelainannya, jenis Anak Berkebutuhan Khusus dikelompokkan menjadi:
a. ABK yang memiliki masalah dalam sensoris
b. ABK yang memiliki masalah dalam gerak dan motoriknya
c. ABK yang memiliki masalah dalam belajar
d. ABK yang memiliki masalah dalam tingkah lakunya
Dari masalah yang disandang dan karakteristik setiap jenis ABK maka menuntut adanya penyesuaian dan modifikasi dalam pengajaran Pendidikan Jasmani bagi ABK.
Penyesuaian dan modifikasi dari pengajaran penjas bagi ABK dapat terjadi pada:
a. Modifikasi aturan main dari aktifitas pendidikan jasmani.
b. Modifikasi keterampilan dan tehniknya .
c. Modifikasi tehnik mengajarnya.
d. Modifikasi lingkungannya termasuk ruang, fasilitas dan peralatannya
Seorang ABK yang satu dengan yang lain, kebutuhan aspek yang dimodifikasi tidak sama. ABK yang satu mungkin membutuhkan modifikasi tempat dan arena bermainnya. ABK yang lain mungkin membutuhkan modifikasi alat yang dipakai dalam kegiatan tersebut. Tetapi mungkin yang lain lagi disamping membutuhkan modifikasi area bermainnya juga butuh modifikasi alat dan aturan mainnya. Demikian pula seterusnya, tergatung dari jenis masalah, tingkat kemampuan dan karakteristik dan kebutuhan pengajaran dari setiap jenis ABK.

Rangkuman:
1.Pembelajaran adaptif artinya pembelajaran yang dirancang sesuai dengan kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus. Pembelajaran adaptif ini bisa pula disebut pendidikan Luar Biasa.
2.Pendidikan luar biasa bisa berupa kelas khusus, program khusus dan atau layanan khusus yang dirancang untuk memenyhi kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus.
3.Arah perkembangan layanan PLB bergerak dari pendidikan yang terpisah (eksklusif) kearah pendidikan yang terpadu / integrasi.
4.Sepanjang layanan PLB masih bisa dikembangkan dan dilaksanakan di Sekolah biasa maka sekolah biasa merupakan pilihan utama. Hal ini dikarenakan Sekolah Biasa. lingkungan keluarga dan masyarakat umum merupakan habitat ABK seperti anak yang normal lainnya.
5.ABK harus bisa hidup, berkembang dan bersaing dengan dan ditengah masyarakat umum karena itu seawal mungkin ABK sudah dibina dan terpadu dalam lingkungan pendidikan biasa.
6.Dilihat dari masalah pendidikan yang disandang, Anak Berkebutuhan Khusus dalam pendidikan dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu ABK yang bermasalah dalam sensoris, motoris, belajar, tingkah laku dan campuran diantara masalah tersebut.
7.Anak Berkebutuhan Khusus ternyata tidak hanya mereka yang cacat dan terbelakang mental yang memerlukan layanan PLB, tetapi juga anak yang gifted dan talented memerlukan PLB.
8.Penyebab adanya kecacatan dan kelainan pada anak bisa disebabkan pada waktu sebelum lahir, disaat lahir dan setelah lahir.
9.Setiap jenis ABK memiliki karakteristik masing masing dan berbeda satu jenis ABK dengan jenis ABK lainnya.
10.Karakteristik dari setiap Jenis ABK menyebabkan adanya pelayanan pendidikan yang berbeda.
11.Kebutuhan pendidikan setiap ABK tergantung dari jenis kelainan, tingkat kelainan dan karakteristik yang dimiliki.
12.Karena keunikan yang ada pada ABK maka perlu adanya modifikasi dan adaptasi dalam pembelajarannya.
13.Adaptasi dan modifikasi bisa dilakukan seluruh atau sebagian kurikum, disesuaikan atau diganti strategi belajarnya, modifikasi alat dan materi belajarnya, modifikasi tehnik mengajar dan pengaturan kelasnya, serta modifikasidan adaptasi lingkungan arsitektur dan sarananya.
14.Guru yang melayani ABK dalam program PLB bisa:
a) Guru Biasa
b) Guru Konsultan
c) Guru Kunjung
d) Guru Pembimbing khusus
e) Guru Kelas Khusus
15.jenis Guru yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan memberi layanan pada ABK tergantung dari berat rigannya kecacatan dan tinggi rendahnya kemampuan anak dalam mengikuti pengajaran akademis.
16.Pendidikan jasmani merupakan salah satu aspek yang menyeluruh dari proses pendidika secara keseluruhan. Pendidikan jasmani adaptif merupakan suatu sistem penyampaian layanan yang bersifat menyeluruh (comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui, menemukan dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor.
17.Tujuan dari penjas adaptif tidak hanya dalam bidang ranah psikomotor, tetapi juga dalam ranak cognitif dan afektif.
18.Ciri dari program pengajaran pendidikan jasmani adaptif yaitu: Programnya disesuaikan dengan kelainan dan karakteristik anak, diarahkan untuk mengkoreksi kelainan postur dan mekanika tubuh serta mengembangkan dan meningkatkan kemampuan jasmani individu.
19.Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, pengajaran penjas bagi ABK perlu dimodifikasi sesuai dengan kelainan, karakteristi dan kebutuhan pengajarannya. Penyesuaian dan modifikasi dari pengajaran penjas bagi ABK bisa terjadi pada:
 Modifikasi aturan main dari aktifitas pendidikan jasmani.
 Modifikasi keterampilan dan tehniknya .
 Modifikasi tehnik mengajarnya.
 Modifikasi lingkungannya termasuk ruang, fasilitas dan peralatannya.



























Anak-anak Tunagrahita Juga Ingin Membangun Bangsa
Anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus (tunagrahita) sepintas tidak memiliki perbedaan dengan anak lainnya. Akibatnya masyarakat tidak memberikan perhatian khusus. Padahal anak-anak yang memiliki kelambatan perkembangan psikomotorik membutuhkan pendampingan sepanjang hidupnya. "Beda usia kronologis, umurnya sudah 20 tahun tapi seperti anak 4-5 tahun karena perkembangan yang terjadi dalam intelegensianya," kata Ketua Yayasan Asih Budi Retno Astuti Aryanto, di Jakarta, Minggu (16/12). H Bustanil Arifin selaku pembina yayasan hadir pada peringatan ulang tahun ke-50 yang diperingati dengan berbagai kegiatan di antaranya gerak jalan, pentas seni dan bazar. Ketua Umum Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) diwakili Wakil Sekretaris Jenderal DNIKS Rohadi Haryanto. RA Aryanto menjelaskan anak-anak tunagrahita sepanjang hidupnya membutuhkan pendampingan sehingga memerlukan dukungan masyarakat. Selama ini perhatian masyarakat sebatas kepada cacat fisik seperti tuna netra, tuna rungu dan tuna daksa.
Anak-anak yang tunagrahita menurutnya lebih membutuhkan pendampingan dari orang lain. Perkembangan fisiknya dapat sangat baik, namun psikomotoriknya sangat lambat. Akibatnya masyarakat tidak memberikan perhatian sepenuh lebih banyak dibandingkan cacat fisik.
Pemerintah juga belum berbuat banyak, pendidikan khusus yang diberikan membutuhkan biaya lebih besar. Sedangkan hanya mengandalkan bantuan orang tua sangat tidak mencukupi sehingga pengurus mengumpulkan donatur untuk kelangsungan pendidikan yang diselenggarakan.
Data di seluruh Indonesia 62 persen sekolah luar biasa (SLB) dikelola swasta, sedang di DKI Jakarta 96 persen dikelola swasta. Hal itu berarti seluruh pembiayaannya menjadi tangungjawab masyarakat.
"Guru PNS dan swasta bedanya antara bumi dan langit," tegasnya ketika ditanya kesejahteraan guru yang mengurus anak-anak tunagrahita. Setiap guru hanya dapat membina maksimal enam anak sehingga selain guru pengelola harus menyiapkan sukarelawan yang siap menjadi pendamping.
RA Aryanto mengemukakan anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus ini membutuhkan dukungan untuk menumbuhkan semangat dan harga dirinya. Melalui olahraga anak-anak tunagrahita memiliki kemampuan untuk memperbaiki diri dan belajar disiplin dalam kesehariannya.
Meski tetap memerlukan dukungan pendampingan dalam menjalani kehidupan lanjutnya, anak-anak tunagrahita memiliki kemampuan dalam beberapa bidang kehidupan. Ketrampilan menjadi salah satu bagian dari proses pembelajaran, hasil karyanya dapat dipasarkan secara bebas. "Di kedutaan dan perwakilan Indonesia di berbagai negara dapat disaksikan hasil karya anak-anak tunagrahita," paparnya.
Pemenuhan hak dasar. RA Aryanto menjelaskan anak-anak tunagrahita sebagai warga negara juga memiliki hak asasi. Untuk itu hak dasar sebagai warga negara harus diberikan seperti pendidikan, kesehatan dan kesempatan untuk membangun bangsa. Hanya saja keterbatasan yang melingkupinya mereka membutuhkan dukungan pemberdayaan dan pendampingan.
Menurutnya menjadikan tunagrahita bagian dari masyarakat inklusif merupakan tantangan bersama. Semua pihak memiliki kesempatan yang sama untuk turut membangun masyarakat dan bangsanya, tidak tertutup kemungkinan anak-anak tunagrahita. Untuk itu pemerintah dan kalangan swasta dituntut memberikan dukungan bagi terwujudnya kebersamaan.
Rohadi Haryanto menjelaskan DNIKS sebagai wadah bersama memiliki semangat yang sama untuk menggalang dukungan dari masyarakat dan kalangan dunia usaha. Sebab hanya mengandalkan bantuan pemerintah akan sangat terbatas.
"Jangan berkecil hati, kekurangan ini hendaknya menjadi pendorong untuk berprestasi," paparnya sambil menambahkan selama ini masyarakat masih belum memiliki kepedulian tinggi terhadap kelompok yang tidak mampu. Untuk itu menjadi tanggung jawab bersama untuk membangkitkan semangat kesetiakawanan sosial di masyarakat.

No comments: